Translate

08 Mei, 2010

Pondasi ‘Cakar Ayam’

Sumber ; http://netsains.com/2010/02/mengenal-seluk-beluk-pondasi-cakar-ayam-bersama-pakarnya/

Mengenal Seluk Beluk Pondasi ‘Cakar Ayam’ bersama Pakarnya

Pernah mendengar istilah pondasi cakar ayam? Kenapa ya disebut seperti itu? Dan apa kegunaannya? Berikut wawancara Dito Anurogo dengan salah satu pakar pondasi cakar ayam kita, DR. Ir. Hary Christady Hardiyatmo, M.Eng., CES., DEA

Dito Anurogo (DA): Apakah menjadi insinyur teknik merupakan cita-cita Anda sejak kecil,jika ya, mengapa (memilih profesi ini)? Jika bukan, lalu apakah cita-cita Anda sejak kecil?
Hary Christady Hardiyatmo (HCH): Ya sejak kecil memang ingin jadi insinyur.

DA: Mengapa Anda tertarik memilih bidang Civil and Environmental Engineering, dengan spesialisasi mekanika tanah?
HCH: Pada tahun-tahun 74 teknik sipil sangat dibutuhkan. Mengenai pilihan mekanika tanah, waktu saya mendaftar dosen saya diarahkan ke bidang itu. Kebetulan sebelum jadi dosen, waktu di kontraktor dan konsultan saya juga bekerja di bidang itu.

DA: Bagaimanakah prospek bidang mekanika tanah ini di Indonesia di masa mendatang, menurut Anda?
HCH: sangat bagus karena di Indonesia banyak tanah yang bermasalah bila didirikan bangunan.

DA: Bagaimana Anda menjalani kehidupan masa kecil, anak-anak, dan remaja?
HCH: saya anak seorang guru, jadi ya sederhana saja.

DA: Dapatkah Anda berbagi cerita tentang “masa lalu” yang begitu menempa dan mendewasakan diri dan kepribadian Anda, dan sekaligus yang mengandung hikmah? Bisa diceritakan?
HCH: sejak kecil saya ingin tahu sesuatu, sering ndandani barang rusak. setelah tua saya senang penelitian. Waktu kecil saya suka menggambar, cita-cita jadi pengarang komik, orang tua tidak merestui. Ternyata memang ada jiwa seni di diri saya, jiwa seni saya saya ujudkan dengan menulis buku. Sekarang sudah 8 buku (Mekanika tanah I dan II, Teknik Fondasi I dan II, Prinsip-prinsip Mekanika Tanah, Penanganan Tanah Longsor dan Erosi, Pemeliharaan Jalan Raya dan Geosintetik untuk rekayasa jalan raya). Satu buku lagi yang judulnya Geosintetik Untuk Rekayasa Jalan raya belum pernah saya foto.

DA: Apa sajakah pengalaman Anda yang paling berkesan selama menjadi mahasiswa? Bisa diceritakan?
HCH: banyak orang mengatakan waktu mahasiswa saya harus banyak belajar, karena saya bukan mahasiswa super. Saya termasuk mahasiswa yang biasa saja, tapi kalau ujian tidak lulus malu. Sehingga saya banyak belajar.

DA: Apa sajakah pengalaman Anda yang paling berkesan (atau menginspirasi, menyentuh hati) selama menimba ilmu di Thailand, pada tahun 1988?
HCH: Saya belajar di Thailand dengan TOEFL hanya 400-an. Catatan kuliah isinya hanya gambar saja, ini membuat stress. Ternyata itu juga terjadi di banyak teman yang dari Indonesia. Stress saya kurangi dengan melukis keluarga dan menulis artikel di buletin mahasiswa Indonesia pada masalah yang lucu-lucu saja.

DA: Apa sajakah pengalaman Anda yang paling berkesan (atau menginspirasi, menyentuh hati) selama menimba ilmu di Perancis, pada tahun 1995?
HCH: hidup seperti robot. senin sampai jumat belajar. Sabtu ke Carrefour belanja, minggu nyuci. demikian seterusnya. Berjalan setiap hari pada rute yang sama. Dari kost-kost-an menuju kampus. Hingga kalau orang niteni pasti bisa nebak, pada jam-jam tertentu tentu saya lewat di jalan yang sama.

DA: Adakah pengalaman yang berkesan selama mengajar? Bisa diceritakan?
HCH: saat ulang tahun saya tidak pernah dirayakan. Waktu mengajar mahasiswa mendadak menyanyi selamat ulang tahun bareng-bareng, saya malah malu dan terharu. Ternyata mahasiswa membaca riwayat hidup di bagian cover belakang buku saya.

DA: Ada pengalaman yang menarik saat berinteraksi dengan mahasiswa?
HCH: suatu hari saya harus mengajar mata kuliah Teknik Fondasi, saya kira jadwal saya mengajar mata kuliah Mekanika tanah. Sampai selesai mahasiswa diam saja. Saya baru tahu saya mengajarkan mata kuliah yang salah setelah kuliah selesai. Ternyata mahasiswa juga tidak tahu kesalahan tersebut, karena karena materinya sama-sama mengenai tanah. Jadinya saya harus mengganti di hari yang lain.

DA: Ada pengalaman yang menarik saat berinteraksi dengan kontraktor atau rekanan?
HCH: proyek biasanya selalu di luar kota. Pada hari libur sering tidak boleh pulang kampung. Tapi waktu bossnya pulang, semua bawahannya ngikuti mobil boss di belakangnya.

DA: Menurut Anda, apa saja “top problems” yang sering Anda jumpai di dalam kehidupan sehari-hari?
HCH: masalah tanah longsor dan kerusakan perkerasan jalan.

DA: Secara umum, bagaimana solusi untuk mencegah dan mengatasi “top ten problems” tersebut?
HCH: hindari masuknya air ke dalam tanah, karena air akan membuat lereng menjadi berat, padahal saat air masuk daya dukung tanah turun.
Tentang Pondasi “Cakar Ayam”

DA: Sebenarnya apa yang dimaksud dengan “pondasi cakar ayam” itu?
HCH: Fondasi dari sistem Cakar Ayam ini terdiri dari pelat beton bertulang tebal antara 15 – Diameter pipa-pipa beton 1,2 m, panjang 2 m dan tebal 8 cm (Gambar 1). Fondasi sistem Cakar Ayam ditemukan oleh Prof. Dr. Ir. Sediyatmo pada tahun 1961. Sistem Cakar Ayam
digunakan pertama kali untuk fondasi bangunan menara listrik tegangan tinggi di daerah Ancol yang tanahnya berupa rawa-rawa. Pipa-pipa beton tersebut disebut cakar. Menurut Hadmodjo (1994), sistem Cakar Ayam cocok diterapkan pada tanah yang mempunyai
kapasitas dukung sekitar 1,5 – 3,5 t/m2 (15 – 35 kPa).
Pada tahun 2007, aplikasi Sistem Cakar Ayam untuk perkerasan beton diubah bahannya, cakar yang semula dibuat dari bahan pipa beton diameter 1,20 m, panjang 2 m dan tebal 8 cm, digantikan dengan pipa baja yang sangat ringan (berat sekitar 35 kg) dengan tebal 1,4 mm, diameter berkisar 0,60 – 0,80 m dan panjang 1,0 – 1,2 m. Sistem Cakar Ayam yang baru ini, disebut dengan Sistem Cakar Ayam Modifikasi, yang beserta dengan cara perancangan telah dipatentkan oleh Bambang Suhendro, Hary Christady Hardiyatmo dan
Maryadi Darmokumoro.

DA: Apa saja kelebihan “pondasi cakar ayam” ini, terutama jika dibandingkan dengan konstruksi/pondasi lain yang sebelumnya pernah ada? Boleh dijelaskan? (misalnya: lebih cost effective)
HCH: bila dipakai untuk perkerasan jalan raya, memberikan konstruksi jalan yang kuat dan awet, sehingga biaya pemeliharaan kecil. Walaupun biaya awal lebih mahal, tapi karena free maintenance, maka biaya total selama umur layanan yang dikehendaki manjadi lebih kecil.
Aplikasi Untuk Fondasi Bangunan
Sistem Cakar Ayam telah digunakan untuk fondasi-fondasi bangunan, seperti menara listrik, menara air, gedung, dan jembatan. Fondasi Cakar Ayam dibangun seperti sistem fondasi rakit (raft foundation) yang luasannya memenuhi atau bahkan lebih lebar dari lebar
bangunannya sendiri untuk memperkecil tekanan bangunan ke tanah fondasi. Karena sistem Cakar Ayam merupakan sistem rakit yang relatif fleksibel, maka guna memperkecil penurunan tidak seragam di antara kolom-kolom dan geser pons yang besar
pada pelat fondasi, pada bagian ini pelat beton dibuat lebih tebal. Dengan demikian, pada aplikasi untuk fondasi gedung, cara kerja fondasi Cakar ayam dalam mendukung beban mirip dengan fondasi sumuran atau fondasi rakit. Karena itu, bila dasar pipa-pipa Cakar Ayam tidak
mencapai tanah keras, masalah penurunan yang berlebihan dan tidak seragam harus menjadi perhatian. Karena sistem Cakar Ayam tidak dapat mengatasi masalah penurunan, aplikasi fondasi sistem Cakar Ayam untuk bangunan gedung di atas tanah lunak, dibatasi sampai
gedung berlantai dua atau tiga.
Sistem Cakar Ayam sangat cocok digunakan untuk fondasi menara listrik. Dengan fondasi sistem Cakar Ayam yang dipasang memenuhi dasar kaki-kaki menara, maka tekanan menara ke tanah fondasi menjadi sangat kecil, dan bila terjadi beban-beban kejut seperti angin,
tarikan kawat, gempa yang bebannya bersifat sementara, maka gaya-gaya lateral yang terjadi akan dilawan oleh interaksi pelat-cakar-tekanan tanah lateral di sekitar pipa-pipa, sehingga bangunan tetap stabil.
Aplikasi Untuk Perkerasan Jalan
Sistem Cakar Ayam sangat cocok digunakan sebagai perkerasan kaku (rigid pavement). Dibandingkan dengan perkerasan jalan beton konvensional, sistem Cakar Ayam lebih kuat dan tahan lama, karena pipa-pipa Cakar Ayam kecuali mengurangi lendutan pelat akibat beban, juga menjaga pelat tetap dalam kontak yang baik dengan tanah di bawahnya.
Bila perkerasan jalan dari sistem Cakar Ayam diletakkan di atas timbunan yang mengalami penurunan konsolidasi yang berlebihan, maka sistem perkerasan ini dapat meminimalkan penurunan tidak seragam, sehingga menjaga kerataan permukaan jalan beton.
Sebagai contoh, sistem Cakar Ayam pada Jalan Tol Prof. Sediyatmo Cengkareng yang terletak pada timbunan setinggi 3,5 m. Timbunan telah mengalami penurunan konsolidasi sekitar 100 cm, namun hingga sekarang perkerasan sistem Cakar Ayam masih dalam kondisi baik.

DA: Apa saja manfaat “pondasi cakar ayam” ini?
HCH: bisa untuk fondasi bangunan. Lebih cocok untuk perkerasan jalan, atau fondasi menara listrik.

DA: Bisa diceritakan; darimanakah ide tentang pondasi cakar ayam ini bermula?
HCH: Suatu pelat beton yang di”paku” (diangker) pada tanah-dasar kekuatan dan keawetannya akan lebih tinggi dalam mendukung beban berulang (misalnya beban kendaraan) dibandingkan dengan pelat beton yang hanya diletakkan di atas tanah.
Apabila bidang kontak antara pelat dan tanah terjamin selalu rapat selama masa layan struktur, maka pelat selain kuat juga awet, sehingga bila pelat tersebut digunakan untuk perkerasan jalan, pemeliharaan akan kecil. Jadi, fungsi dari pipa-pipa Cakar Ayam adalah sebagai “paku” antara pelat dan tanah di bawahnya, sehingga bila dibandingkan dengan pelat biasa (tanpa pipa), pada beban yang sama, Sistem Cakar Ayam akan melendut lebih kecil dan lebih awet. Perlu diperhatikan bahwa bila pelat dipasang tanpa pipa-pipa cakar atau tanpa dipaku ke tanah, maka oleh akibat beban berulang, seperti beban lalu-lintas, maka pelat akan mudah sekali bergerak dan di bawah pelat cenderung mudah sekali terbentuk rongga-rongga antara pelat dan tanah. Rongga-rongga ini yang mengurangi kontribusi dukungan tanah-dasar terhadap pelat bila pelat dibebani, akibatnya pelat mudah pecah. Dari hasil uji laboratorium, Hardiyatmo et al. (2000) menunjukkan bahwa oleh akibat beban, lendutan pelat tanpa cakar lebih besar dibandingkan dengan pelat yang diperkuat dengan cakar.

DA: Mengapa Anda menamakan konsep pondasi yang Anda temukan ini dengan konstruksi “cakar ayam”? Apakah memang terinspirasi dari ayam?
HCH: Fondasi cakar ayam diciptakan oleh Prof. Sediyatmo terdiri dari pelat tebal 10– 20 cm, diperkuat dengan pipa-pipa beton diameter 1,2 m panjang 2 m. Bentuknya sendiri tidak seperti cakar. Ada beberapa versi mengenai ide awalnya, ada yang bilang meniru pohon kelapa yang akarnya.

DA: Kapan tepatnya Anda menemukan “pondasi cakar ayam”? Lalu, kapan pula Anda mempatenkan hasil karya ini?
HCH: dipatentkan atas nama 3 orang pada tahun 2007

DA: Apakah temuan Anda ini langsung diakui dan dimanfaatkan/diaplikasikan oleh ilmuwan lainnya, rekan seprofesi Anda, pemerintah, dan instansi terkait? Atau malah ada penolakan/ditentang, mengapa?
HCH: sudah diaplikasikan di Jalan Tol Seksi 4 Makasar, jalan pantura Indramayu Pamanukan, Jalan Penghubung di Samarinda, Detour Sediyatmo dll.

DA: Berapa lama waktu yang Anda perlukan untuk membuat/mendesain “pondasi cakar ayam” ini?
HCH: Bergantung pada kekomplekan masalah.

DA: Berapa lama waktu yang dibutuhkan jika (orang atau pemerintah) ingin membangun “pondasi cakar ayam”?
HCH: Pelaksanaan mudah hingga pelaksanaan cepat.

DA: Apa kesan dan pesan Anda untuk mahasiswa teknik, terutama yang berminat mengikuti jejak Anda, sebagai pakar di bidang mekanika tanah?
HCH: Banyak membaca referensi, baik buku/jurnal baru dan bukubuku/ jurnal kuno yang mempelajari filosofi dasar dari mekanika tanah/pondasi.

DA: Apa kesan, pesan, dan kritikan Anda untuk pemerintah, terutama berkaitan dengan kebijakan pembangunan di bidang teknik (mekanika tanah)?
HCH: Biaya pembangunan sering dipangkas dari biaya normalnya, sehingga baik perancangan maupun pembangunan bangunan pemerintah dibangun dengan tidak maksimal. Banyaknya jalan rusak, karena perancangan dan pelaksanaan yang buruk, selain juga banyaknya kelebihan beban kendaraan.



Tentang Penulis: Dr Dito Anurogo
Dr. Dito Anurogo, dokter online, penemu Hematopsikiatri, penulis buku dan ebook, pecinta budaya-sastra-seni-filsafat, yang pernah aktif di FLP (Forum Lingkar Pena) Semarang dan Member of IFMSA (International Federation of Medical Students' Associations). Prestasinya: pernah menjadi satu-satunya delegasi Indonesia untuk INTERNATIONAL TRAINING EXCHANGE PROGRAMME di Hungaria, satu-satunya Delegasi Indonesia untuk riset di Italia. Tulisannya menghiasi rubrik Kesehatan Suara Merdeka.