Translate

14 Agustus, 2009

Fondasi Sarang Laba-laba

SUTJIPTO & RYANTORI
Penemu Konstruksi Fondasi Sarang Laba-laba
Tersendatnya pembangunan sebuah gedung, merupakan salah satu contoh permasalahan yang muncul dalam dunia konstruksi. Contoh lain, timbulnya dilema ketika perencana konstruksi dihadapkan pada keadaan tinggi atau berat gedung tanggung, daya dukung tanah permukaan rendah, atau letak tanah keras cukup dalam.
Berangkat dari sebuah penelitian, lahirlah penemuan baru sistem konstruksi atau fondasi bangunan, sebagai solusi terhadap dilema yang selalu muncul ketika merencanakan gedung dengan ketinggian tanggung yang butuh fondasi dangkal, seperti lantai satu hingga delapan. Penelitian yang dilakukan oleh Ir. Sutjipto dan Ir. Ryantori tahun 1976 silam, yang akhirnya melahirkan penemuan baru itu.
Diberi nama konstruksi sarang laba-laba atau KSLL karena bentuknya yang mirip sarang laba-laba. Sistem fondasi sarang laba-laba hasil karya bangsa Indonesia asli itu, tak hanya menjawab kebutuhan dunia teknologi konstruksi akan sistem fondasi yang bernilai ekonomis dari segi biaya, tapi juga multi fungsi. Dalam perhitungan, biaya bisa dihemat hingga 50 persen.
Dari segi waktu, sistem KSLL ini sangat efisien, karena menerapkan prinsip ban berjalan, sehingga pengerjaannya pun lebih cepat dibanding sistem konstruksi lain.
Dari 1000 lebih bangunan yang menggunakan sistem KSLL ini, hingga saat ini belum terdapat bangunan yang mengalami keretakan berarti. Ini berarti KSLL memberikan stabilitas yang tinggi, meski terjadi guncangan. Risiko penurunan yang tidak merata, dapat dieliminasi sampai mendekati angka 0. Sistem ini mampu membuat tanah menjadi bagian dari struktur fondasi.
Melalui berbagai studi dan diskusi, KSLL terus dikaji. Dari sebuah lokakarya di kota Bandung, Jawa Barat, mengukuhkan bahwa fondasi sarang laba-laba sebagai salah satu alternatif solusi fondasi, dapat dipertanggung jawabkan dan layak dikembangkan. Kini, lisensi untuk pemasaran sistem fondasi KSLL ini dipegang oleh PT. Katama Suryabumi.
Ir. Sutjipto, penemu teknik fondasi sarang laba-laba ini kemudian justru lebih populer sebagai politisi ketimbang bidang konstruksi keahliannya. Pilihannya dalam berpolitik, telah mengantarkan lulusan Insitut Teknologi Surabaya (ITS) yang kemudian menemukan teknik fondasi sarang laba-laba, ini menjadi seorang politisi kaliber nasional. Ahli konstruksi yang temuannya antara lain dipakai di Bandara Hang Nadim, Batam, ini akhirnya lebih mengalir bicara politik ketimbang bidang konstruksi yang juga digelutinya.
Memang, kehidupan politik bisa jadi berawal dari keaktifannya berorganisasi sejak di SMA tahun 1964 yang terus berlanjut sampai ia kuliah di ITS Surabaya. Pada 1986, Sutjipto mulai terjun aktif di Partai Politik sampai mengantarkan pria kelahiran Trenggalek menduduki jabatan sekretaris jendral partai dan kemudian juga pernah dipilih sebagai Wakil Ketua MPR RI (e-ti/tempo). --- Sumber: TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia) & Indosiar (Horison, Mei 2004).
Pondasi Sarang Laba-laba Ramah Gempa

Padang, Padek-- Pondasi sistem konstruksi sarang laba-laba (KSLL) sangat tepat digunakan untuk Sumbar dan daerah dengan potensi gempa lainnya. Konstruksi yang terdiri dari lempengan-lempengan dinding yang dipadatkan dengan tanah dan pasir ini telah terbukti tahan gempa, seperti di Aceh dan wilayah di pantai barat Sumatera lainnya. Sistem pondasi tersebut memiliki tingkat kekakuan (ragidity) yang jauh lebih tinggi dari sistem pondasi lainnya. Demikian terungkap dalam seminar dan sosialisasi Standar Nasional Indonesia (SNI) mengenai Analisa Biaya Konstruksi (ABK) yang diselenggarakan Dinas Kimpraswil, di asrama Haji Parupuk Tabing, Rabu (30/4) lalu.
Kepala Sub Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Ardi Shafwan menyatakan bahwa KSLL diharapkan dapat digunakan kontraktor di Sumbar untuk pembangunan gedung-gedung baru. �KSLL sangat cocok diaplikasikan di Sumbar yang wilayahnya sangat rawan gempa. Sistem pondasi ini telah terbukti ramah gempa. Di samping itu, dengan pondasi ini kita dapat menghemat biaya hingga 30 persen,� ujarnya. Sistem KSLL yang ditemukan Ryantori dan Sucipto pada tahun 1976 tersebut merupakan pondasi dangkal konvensional dengan kombinasi sistem pondasi plat beton pipih dengan sistem perbaikan tanah. Sistem ini juga memiliki kestabilan yang baik, karena menerapkan sistem pengakuan di bagian sambungan-sambungannya.
Dibandingkan sistem pondasi lain seperti pondasi cakar ayam, pondasi sistem pancang dan lain-lain, tentu ini sangat efisien karena tidak membutuhkan alat berat yang canggih. Juga, tidak membutuhkan tenaga ahli. Sistem ini juga dapat dipakai untuk daerah-daerah terpencil yang tidak memiliki alat memadai,� lanjutnya. Untuk Sumbar sendiri, Ardi Shafwan mengungkapkan bahwa beberapa bangunan telah terbukti kokoh. Contohnya kantor Dinas PU Sumbar dan DPRD Sumbar telah mengaplikasikan sistem pondasi ini. Saat ini, gedung baru Fakultas Ekonomi UNP juga mengaplikasikan sistem KSLL.
engenai SNI sendiri, Ardi Shafwan mengungkapkan bahwa standar tersebut disosialisasikan agar para pelaku konstruksi di Sumbar dapat mengacu pada standar tersebut. Beberapa item yang terungkap dalam rencana penerapan SNI nomor DT-91-0006-2007 tersebut adalah analisa biaya dan standar bangunan untuk gedung perumahan, instalasi air dan gedung umum. �Kita harapkan agar para kontraktor dalam pengerjaan konstruksinya dapat mengacu pada SNI tersebut. Hal ini ditujukan agar seluruh bangunan di Sumbar memiliki standar kekuatan dan standar harga yang baik dan bersaing,� lanjutnya.Rancangan SNI tersebut merupakan revisi terhadap SNI T-13-2002. Standar ini muncul dalam rapat konsensus Badan Standarisasi Nasional pada 7 Desember 2006 dan mulai disosialisasikan ke seluruh daerah pada awal 2007. (pl5)
Thursday, 29 May 2008 08:51 Padang Ekspres
sumber: Padang ekspres (Sabtu, 03 Mei 2008)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar